Selasa, 13 November 2012

Manusia dan pandangan hidup

 (A) Pandangan hidup dan ideologi

Pengertian Pandangan Hidup
         Setiap manusia mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup itu bersifat kodrati, sehingga pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia.

Macam-Macam Sumber Pandangan Hidup
1. Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya.
2. Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut.
3. Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.

Pandangan Hidup Muslim
            Pandangan hidup Islam dicanangkan oleh Nabi di Makkah melalui penyampaian wahyu Allah dengan cara-cara yang khas. Setiap kali Nabi menerima wahyu yang berupa ayat-ayat al-Qur’an, beliau menjelaskan dan menyebarkannya kemasyarakat. Cara-cara seperti ini tidak sama dengan cara-cara yang ada pada scientific worldview,dan oleh sebab itu Prof.Alparslan menamakan worldview Islam sebaai ‘quasi-scientific worldview’. Penjelasan lebih detail tentang pandangan hidup Islam akan dilakukan kemudian.
            Proses pembentukan pandangan hidup melalui penyebaran ilmu pengetahuan diatas akan lebih jelas lagi jika kita lihat dari proses pembentukan elemen-elemen pokok yang merupakan bagian dari struktur pandangan hidup itu serta fungsi didalamnya. Seperti yang dijelaskan diatas bahwa pandangan hidup dibentuk oleh jaringan berfikir (mental network) yang berupa keseluruhan yang saling berhubugan (architectonic whole).
            Namun, ia tidak merepresentasikan suatu totalitas konsep dalam pikiran kita. Ketika akal seseorang menerima pengetahuan terjadi proses seleksi yang alami, dimana pengetahuan tertentu diterima dan pengetahuan yang lain ditolak. Pengetahuan yang diterima oleh akal kita akan menjadi bagian dari struktur worldview yang dimilikinya.
            Meskipun pengetahuan yang diterima oleh akal manusia itu bersifat acak, namun ia akan terstruktur dengan sendirinya dalam pikiran manusia. Dari konsep-konsep yang ada dalam diri manusia maka kita dapat menyusun kedalam beberapa struktur konsep. Professor Alparslan mengkategorikan struktur pandangan hidup menjadi lima:

1) Struktur tentang kehidupan,
2) Struktur tentang dunia,
3) Struktur tentang manusia,
4) Struktur tentang nilai dan
5) strutktur tentang pengetahuan.
            Proses terbentuknya struktur konsep dalam worldview ini bermula dari struktur tentang kehidupan, yang didalamnya termasuk cara-cara manusia menjalani kegiatan kehidupan sehari-hari, sikap-sikap individual dan sosialnya, dan sebagainya. Struktur tentang dunia adalah konsepsi tentang dunia dimana manusia hidup. Struktur tentang ilmu pengetahuan adalah merupakan pengembangan dari struktur dunia (dalam transparent worldview).
            Gabungan dari struktur kehidupan, dunia dan pengetahuan ini melahirkan struktur nilai, dimana konsep-konsep tentang moralitas berkembang. Setelah keempat struktur itu terbentuk dalam pandangan hidup seseorang secara transparent, maka struktur tentang manusia akan terbentuk secara otomatis.
             Meskipun proses akumulasi kelima struktur diatas dalam pikiran seseorang tidak selalu berurutan seperti yang disebut diatas, tapi yang penting kelima struktur itu pada akhirnya menjadi suatu kesatuan konsepsi dan berfungsi tidak saja sebagai kerangka umum (general scheme) dalam memahami segala sesuatu termasuk diri kita sendiri, tapi juga mendominasi cara berfikir kita. Disini dalam konteks lahirnya ilmu pengetahuan di masyarakat, struktur ilmu pengetahuan merupakan asas utama dalam memahami segala sesuatu. Ini berarti bahwa teori atau konsep apapun yang dihasilkan oleh seseorang dengan pandangan hidup tertentu akan merupakan refleksi dari struktur-struktur diatas.
            Teori ini berlaku secara umum pada semua kebudayaan dan dapat menjadi landasan yang valid dalam menggambarkan timbul dan berkembanganya pandangan hidup manapun, termasuk pandangan hidup Islam. Berarti, kegiatan keilmuan apapun baik dalam kebudayaan Barat, Timur maupun peradaban Islam dapat ditelusur dari pandangan hidup masing-masing.
Pengertian Ideologi
              IDEOLOGI berasal dari kata idea ( inggris ) yg berarti gagasan, dan oida berasal dari (yunani) yg berarti mengetahui,melihat dengan budi.serta kata logi yg berasal dari yunani (LOGOS) yg artinya pengetahuan.
            Jadi Ideologi merupakan Pengetahuan tentang gagasan gagasan tentang ide-ide ,sciense of ideas atau juga ajaran tentang pengertian pengertian dasar.
 sumber : http://diannakula-mcknight.blogspot.com/2012/04/pandangan-hidup-dan-ideologi.html


































(B) Cita cita

1 Cita-cita menurut definisi adalah keinginan, harapan, atau tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Tidak ada orang hidup. tanpa cita-cita, tanpa berbuat kebajikan, dan tanpa sikap hidup.
Cita-cita itu perasaan hati yang merupakan suatu keinginan yang ada dalam hati. merupakan bagian atau salah satu unsur dari pandangan hidup manusia, yaitu sesuatu yang ingin digapai oleh manusia melalui usaha. Sesuatu bisa disebut dengan cita-cita apabila telah terjadi usaha untuk mewujudkan sesuatu yang dianggap cita-cita itu.
 
2  Faktor yang menentukan dapat atau tidaknya seseorang mencapai cita – citanya antara lain :
- Manusia itu sendiri,
- Kondisi yang dihadapi dalam rangka mencapai cita – cita tersebut,
- Seberapa tinggi cita – cita yang ingin dicapai.

3 Faktor kondisi yang mempengaruhi tercapai tidaknya cita – citanya antara lain :
- Faktor yang menguntungkan, dan
- Faktor yang menghambat.
 
sumber http://laras-dewantari.blogspot.com/2012/04/pengertian-cita-cita.html 
(C) kebajikan
 
Kebajikan atau kebaikan pada hakikatnya adalah perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama atau etika. Manusia berbuat baik, karena menurut kodratnya manusia itu baik dan makhluk bermoral. Dia adalah seorang individu yang utuh, terdiri atas jiwa dan raga. Dia memiliki hati yang pada hakikatnya lagi, memihak pada kebenaran dan selalu mengeluarkan pendapat sendiri tentang pribadinya, perasaannya, cita-citanya, dan hal-hal lainnya. Dari yang dirasakan manusia tersebut, manusia cenderung lebih memihak pada kebaikan untuk dirinya sendiri. Inilah yang membuat sebagian manusia ‘terpilah’ menjadi manusia egois, yang seringkali seperti tidak mengenal kebajikan.
Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari 3 segi, yaitu :
a)      Manusia sebagai pribadi, yang menentukan baik-buruknya adalah suara hati.
b)      Manusia sebagai anggota masyarakat atau makhluk sosial, manusia hidup bermasyarakat, saling membutuhkan, saling menolong, dan saling menghargai anggota masyarakat
 
 
(D) Usaha
 
Usaha/perjuangan adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita. Setiap manusioa harus bekerja keras untuk mewujudkan harapannya, tanpa usaha/perjuangan maka memperkecil kemungkinan tercapainya keinginan. Sebagaimana firman allah yang makna/kandungannya kurang lebih demikian,”sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum, kecuali mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”. Meskipun semua Allah-lah yang menentukan tapi usaha dari setiap orang juga akan menetukan.

Kerja keras pada dasarnya menghargai dan mengangkat harkat dan martabat manusia. Sebaliknya kemalasan hanya akan membuat manusia miskain, melarat, dan berarti menjatuhkan harkat dan martabatnya sendiri.

 
(E) Keyakinan
 
 Keyakinan atau sebagian orang menyebutnya iman adalah sesuatu yang sakral bagi beberapa orang. Keyakinan dapat menembus tembok perbedaan yang ada dan dapat pula membuat tebal tembok perbedaan tsb. Bila orang-orang dari negara, suku, ras, gender, keluarga, kedudukan yang berbeda namun memiliki iman atau keyakinan yang sama maka perbedaan itu semua dapat melemah bahkan hancur. Namun sebaliknya bila orang-orang dari negara, suku, ras, gender, kedudukan, bahkan keluarga yang sama namun berbeda dalam iman atau keyakinan maka tembok perbedaan yang ada dapat terasa jelas bahkan menebal hingga sulit di tembus. Bahkan sepasang kekasih yang saling mencintaipun harus melewati ‘rintangan keyakinan’ ini untuk melanjutkan hubungan mereka kearah pengikatan status sebagai suami-istri yang sah bila keyakinan mereka dari awal saling berbeda. Pada artikel ini penulis mencoba mengupas tentang keyakinan dalam sudut pandang penulis yang bercampur dengan pengalaman penulis belajar dhamma. Keyakinan adalah topik yang sangat penting untuk dibahas karena hampir setiap orang memiliki keyakinan, keyakinan yang dibahas disini tentulah keyakinan yang berhubungan dengan salvation atau keselamatan atau mungkin beberapa orang memakai istilah religi. Ada tiga hal yang dibahas tentang keyakinan dalam artikel ini, yaitu : perbedaan percaya dan yakin, aspek-aspek keyakinan, dan analogi keyakinan dengan kapal laut.

Percaya dan Yakin

Percaya dan Yakin harus kita bedakan, penulis belum bisa memberikan definisi yang jelas, hanya ciri-cirinya saja. Yaitu bila sesuatu sesuai dengan logika kita, maka kita dapat mempercayainya. Sedang bila kita telah mengalami sesuatu melalui ke-enam indera kita maka kita dapat meyakininya. Contoh yang ekstrim adalah bila seseorang yang tinggal dipesisir pantai berkata bahwa ia tidak bisa berenang, biasanya kita cenderung tidak percaya karena tidak sesuai dengan logika kita. Namun bila orang tersebut kita ajak kekolam renang dan kita ceburkan kekolam renang lalu alhasil yang bersangkutan tewas karena tenggelam, maka kita menjadi yakin bahwa memang dia tidak bisa berenang.
Sampai sini kita patut bertanya pada diri kita sendiri apakah selama ini guru-guru agama yang suka mengkhotbahkan agama benar-benar memiliki keyakinan pada ‘Salvation’nya atau tujuan akhirnya? Apakah selama ini kita telah yakin terhadap tujuan akhir kita? bila memang keyakinan harus dialami maka disebut apakah yang selama ini kita anggap ‘yakin’? Pertanyaan-pertanyaan yang lumrah ini akan terjawab bila kita mengerti tentang aspek-aspek keyakinan.
Tiga aspek Keyakinan
Terdapat tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam keyakinan yaitu aspek pengertian, aspek keinginan(untuk praktek), dan aspek perasaan. Aspek pengertian berarti kita terlebih dahulu perlu mengerti apa yang kita yakini, lalu setelah mengerti kita perlu mempraktekkannya dan setelah praktek kita perlu meninjau perasaan kita. bahagia atau tidak. Tentunya seharusnya yang terjadi adalah kebahagiaan yang kita dapat bila tidak kita perlu meninjau kembali kedua aspek yang terdahulu apakah sudah benar.
Lebih lanjut tentang pengertian kita perlu mengerti ada tiga tahap pengertian yaitu mengerti karena mendengar atau membaca(tahap ini layak disebut ‘sekedar tahu’) disebut suta maya panna(baca: panya), mengerti karena dipikir secara logika disebut cinta maya panna, dan pengertian karena pengalaman/penembusan disebut bhavana maya panna. Pertama kali kita tahu tentang nibbana dari mendengar atau membaca dalam tahap ini ada yang belum ‘yakin’ dan ada pula yang langsung ‘yakin’ namun keyakinan-nya bukan yakin yang sesungguhnya karena belum mengalami nibbana. Setelah itu biasanya kita mulai berpikir menggunakan logika tentang nibbana(artikel ini tidak membahas logika yang dipakai) sampai tahap ini ‘keyakinan’ nya berbeda dengan keyakinan sebelumnya namun tetap bukan yakin yang sesungguhnya, karena keyakinan seperti ini masih bisa goyah, orang yang sampai tahap ini masih bisa berpindah keyakinan. Namun bila sudah menembus nibbana disini berarti mengalami/merealisasi maka hal ini lah yang disebut sebagai keyakinan yang sesungguhnya. Keyakinan seperti inilah yang dimiliki oleh 4 pasang makhluk suci. Mereka yang telah merealisasi Nibbana tak akan goyah oleh harta, kesehatan jasmani, katenaran dan lain-lain. Namun perlu kita ingat disini semua tidak ada yang tiba-tiba tiga tahap tersebut diperoleh melalui proses, proses yang sangat panjang yang melibatkan teori, praktek dan pengalaman/penembusan.
Jadi selama kita belum mengalami tujuan akhir kita(nibbana) maka kita belum dapat dikatakan benar-benar yakin. Kita boleh menyebutnya ‘yakin’ namun harus kita sadari itu belum yakin yang sesungguhnya masih dalam tahap logika atau mungkin hanya sekedar tahu. Namun keyakinan seperti ini pun (yg masih sekedar tahu atau logika) harus kita miliki dan terus kita kembangkan sampai menjadi keyakinan yang sesungguhnya.
Lalu bagaimana dengan para pengajar dhamma yang mengajarkan kita untuk praktek sila, samadhi dan panna untuk mencapai tujuan akhir? Apakah mereka sudah mengalami nibbana sehingga yakin dan bersemangat untuk mengajarkan kita?
Memang dalam ajaran sang Buddha tujuan akhir(nibbana) dapat dicapai, dialami atau direalisasi dalam kehidupan ini, tak perlu harus mati terlebih dahulu. Maka itu boleh-boleh saja kita percaya bila seseorang pengajar dhamma mengaku telah merealisasi tujuan akhir namun apalah gunanya bila kita sendiri belum mencapai tingkat tersebut yaitu tingkat dimana kita bisa mengalami tujuan akhir. Karena itu kita harus melihat diri sendiri bukan orang lain seperti pengajar dhamma dan atau samanera/neri, bhikkhu/ni. untuk panduan belajar tentu tak lepas dari pesan sang buddha pada warga suku Kalama, yang terdapat dalam Kalama sutta.
Analogi kapal laut
Keyakinan dapat kita analogikan bagaikan kapal laut di samudra yang luas:
  • orang-orang menaiki kapal dan kapal tersebut membawanya pada suatu tujuan. Begitu pula orang-orang yang yakin terhadap suatu konsep keselamatan maka ia yakin ia akan dibawa pada suatu tujuan akhir yang dijanjikan konsep keselamatannya tersebut.
  • Kapal yang membawa seseorang mengarungi samudra yang luas, yang dipenuhi badai dan ombak, bila kapalnya kurang bagus maka ia dapat tenggelam atau berpindah kapal yang tujuannya berbeda dengan tujuan kapal pertama. Begitu pula orang yang keyakinannya kurang bagus atau mudah goyah. Bila terkena badai kehidupan seperti penyakit, miskin dll. Ia dapat meloncat berpindah keyakinan atau bahkan menenggelamkan hidupnya sendiri sehingga menjadi mudah stress, marah tidak bergairah hidup dll.
Karena keyakinan bagaikan kapal seseorang pasti tidak mau keyakinannya diserang, karena bila diserang dia takut kapalnya menjadi mudah hancur dan ia tenggelam dalam keterpurukkan. Karena itu sangat tidak bijaksana bagi kita untuk menyerang keyakinan seseorang, namun bila ada seorang yang menaiki kapal lain dan ia ragu pada kapal yang ia naiki tersebut karena tidak pernah diberitakkan orang yang menaiki kapal tersebut selamat sampai tujuan yang semestinya, bertanya kepada kita mengenai kapal kita, nahkodanya, tujuannya dan arah tujuannya maka kita patut memberitahunya sesuai dengan yang kita ketahui dari buku panduan kapal kita dan bila ia tertarik untuk berpindah haluan bersama kita barulah kita menerimanya dengan senang hati. dan memang dibuku panduan kapal kita(Tipitaka) terdapat berita bahwa banyak sekali penumpang-penumpang yang sudah sampai tujuan.
 
sumber : http://dhammacitta.org/artikel/keyakinan/

(f) Langkah langkah berpandangan hidup yang baik

Setiap manusia pasti memliki sebuah pandangan hidup, dan sebagian mereka memiliki cara pandang yang berbeda-beda dalam menanggapi suatu hal. Bagaimana setiap orang memperlakukan pandangan hidup itu tergantung pada setiap individu yang bersangkutan. Ada yang memperlakukan pandangan hidup itu sebagai sarana mencapai tujuan dan ada pula yang memperlakukaan sebagai penimbul kesejahteraan, ketentraman dan sebagainya. Pandangan hidup sebagai sarana mencapai tujuan dan cita-cita dengan baik. Adapun langkah-langkah itu sebagai berikut :

Mengenal.

Sebelum seseorang meyakini sesuatu pastilah ia harus mengenal apa yang ia lihat tersebut. Mengenal merupakan langkah awal dari berpandangan hidup yang baik di karenakan dengan mengenal, kita pun akan dapat membedakan suatu hal yang baik dan buruk menurut cara pandang kita sehingga kita tidak akan mengambil langkah yang salah.



Mengerti

Tidak cukup hanya dengan mengenal, kita harus mengerti tentang apa yang sedang kita hadapi. Mengerti sebagai langkah lanjut dari mengenal. Mengenal di ibaratkan hanya sebagai lapisan luar sedangkan jika kita ingin mengetahui lapisan dalamnya, kita harus mengerti.

Menghayati

Setelah kita mengenal dan mengerti suatu hal tersebut, maka langkah selanjutnya adalah menghayati. Dengan menghayati kita dapat lebih jauh mengerti

Meyakini

Langkah selanjutnya adalah meyakini. Meyakini dapat kita lakukan dengan memperdalam rasa mengenal, mengerti, serta menghayati. Dengan meyakini kita dapat dengan kuat berpegang teguh pada cara pandang yang kita yakini.

Mengabdi

Langkah terakhir untuk berpandangan hidup yang baik adalah dengan megabdi. Mengabdi merupakan suatu usaha untuk menyerahkan segenap keyakinan kita untuk suatu hal yang kita yakini. Dengan mengabdi menjadikan kita lebih dekat atau bahkan menjadi satu dengan hal yang kita yakini tersebut.
Contoh: pancasila sebagai pandangan bangsa


Tidak ada komentar:

Posting Komentar